Pernahkah si kecil tiba-tiba menangis kencang, berguling di lantai, atau melempar barang tanpa alasan yang jelas? Ya, itu tantrum. Sebagai orang tua, menghadapi momen seperti ini bisa membuat pusing, terkadang bingung harus berbuat apa, apalagi saat terjadi di tempat umum. Tapi tenang, tantrum balita itu sebenarnya hal yang wajar.
Tantrum adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak saat mereka belajar mengungkapkan emosi. Bukan berarti mereka nakal atau sengaja cari perhatian, tapi lebih ke cara mereka menunjukkan kalau ada sesuatu yang tidak nyaman. Jadi, daripada ikut panik atau frustrasi, yuk cari tahu bagaimana cara menghadapinya dengan lebih tenang dan efektif.
Penyebab Tantrum pada Balita
Tantrum bukan sekadar perilaku manja. Ada banyak hal yang bisa membuat si kecil tiba-tiba meledak emosinya. Nah, supaya tidak kaget saat menghadapi tantrum, yuk kenali dulu beberapa penyebabnya.
1. Keterbatasan Kemampuan Berkomunikasi
Bayangkan jika Anda ingin sesuatu tapi tidak bisa menyampaikannya, pasti frustrasi, bukan? Nah, balita juga begitu! Mereka masih belajar bicara, jadi jika keinginannya tidak tersampaikan, tantrum jadi jalan pintas.
Coba ajarkan si kecil kata-kata sederhana seperti “lapar”, “capek”, atau “mau” supaya bisa lebih mudah menyampaikan perasaan.
2. Kelelahan dan Lapar
Sama seperti orang dewasa yang jadi cranky jika kurang tidur atau perut kosong, balita juga begitu. Jika si kecil mulai rewel tanpa alasan yang jelas, bisa jadi mereka hanya membutuhkan asupan makan atau tidur sebentar. Jadi, pastikan jadwal makan dan istirahatnya teratur.
3. Keinginan untuk Mandiri
Di usia ini, balita mulai kepo dan ingin melakukan banyak hal sendiri. Tapi jika gagal? Rasa frustrasi muncul dan berujung pada tantrum. Untuk itu, beri si kecil kesempatan untuk mencoba, tapi tetap awasi dan bantu jika dibutuhkan. Dengan begitu, mereka bisa belajar tanpa merasa terpaksa atau frustrasi.
4. Overstimulasi
Suara berisik, tempat ramai, atau aktivitas yang terlalu padat bisa membuat tantrum balita. Mereka belum bisa mengatur emosi dengan baik, jadi terkadang satu-satunya cara untuk meluapkan semuanya adalah lewat marah. Jadi, jika mereka mulai kelihatan tidak nyaman, coba ajak ke tempat yang lebih tenang.
5. Mencari Perhatian
Terkadang, balita melakukan tantrum untuk mendapatkan perhatian orang tua. Jika mereka merasa diabaikan, menangis dan berteriak bisa menjadi cara efektif untuk menarik perhatian. Nah, supaya tidak kebiasaan, coba beri perhatian saat mereka bersikap baik, bukan hanya saat mereka tantrum. Dengan begitu, anak akan tahu bahwa mereka tetap diperhatikan tanpa harus drama.
Nah, jika orang tua paham penyebabnya, menghadapi tantrum bisa jadi lebih santai dan tidak membuat panik. Nah, sekarang pertanyaannya, bagaimana cara mengatasinya dengan efektif? Yuk, cari tahu.
Cara Efektif Mengatasi Anak Tantrum
Menghadapi tantrum balita membutuhkan ekstra kesabaran, tapi bukan berarti harus stres. Dengan strategi yang tepat, Anda bisa menangani anak dengan lebih tenang. Yuk, coba beberapa cara berikut ini:
1. Tetap Tenang
Menanggapi tantrum dengan emosi hanya akan memperburuk keadaan. Anak akan semakin histeris jika melihat orang tua marah atau panik. Ambil napas dalam, hitung sampai sepuluh, lalu hadapi situasi dengan kepala dingin. Sikap tenang orang tua bisa membantu amarah anak lebih cepat reda.
2. Alihkan Perhatian
Mengubah fokus anak bisa jadi solusi cepat saat tantrum mulai terjadi. Berikan mainan, ajak melihat sesuatu yang menarik, atau alihkan dengan lagu favoritnya. Teknik ini efektif untuk anak yang tantrumnya belum mencapai puncak. Jika sudah terlalu emosional, tunggu sampai ia sedikit tenang sebelum mengalihkan perhatian.
3. Berikan Pelukan
Pelukan bisa memberikan rasa aman dan menenangkan anak yang sedang tantrum. Kontak fisik yang lembut membantu mereka merasa lebih nyaman. Namun, jika anak menolak disentuh saat tantrum, jangan memaksanya. Tunggu sampai mereka lebih tenang sebelum mencoba kembali.
4. Tetapkan Batasan
Tantrum tidak boleh menjadi alat bagi anak untuk mendapatkan keinginannya. Jika mereka merengek karena ingin sesuatu, tetap teguh pada aturan yang sudah ditetapkan. Konsistensi dalam menetapkan batasan akan membuat anak belajar bahwa menangis dan berteriak tidak selalu bisa memenuhi keinginan mereka.
5. Bantu Anak Mengenali Emosi
Mengajarkan anak tentang emosi bisa membantu mereka mengontrol tantrum. Gunakan buku cerita atau mainan edukatif untuk mengenalkan berbagai macam perasaan. Dengan mengenali emosi, anak akan lebih mudah mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, bukan dengan tantrum.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Tidak semua tantrum balita bisa ditangani sendiri di rumah. Jika si kecil sering tantrum berlebihan, berlangsung lama, atau sampai melukai diri sendiri atau orang lain, mungkin sudah saatnya orang tua cari bantuan profesional.
Psikolog anak bisa membantu mengevaluasi apakah ada hal lain yang perlu diperhatikan, seperti masalah emosional atau perkembangan. Dengan bimbingan yang tepat, orang tua jadi lebih paham cara menghadapi tantrum dan mendukung tumbuh kembang anak dengan lebih baik.
Nah, Klinik Tumbuh Kembang Anak RHE menyediakan layanan konsultasi perilaku atau konsultasi parenting dengan psikolog berpengalaman yang siap membantu anda memahami kebutuhan emosional anak. Dengan pendampingan yang tepat, si kecil bisa belajar mengelola emosinya lebih baik dan tumbuh jadi pribadi yang lebih tenang.
Intinya, tantrum itu bagian dari tumbuh kembang anak, jadi wajar jika terjadi. Yang penting, orang tua tahu cara merespons dengan tenang dan bijak. Dengan memahami penyebab tantrum serta menerapkan strategi yang tepat, momen dramatis ini bisa dihadapi tanpa stres berlebihan.
Tapi, jika tantrum terasa makin sering, sulit dikendalikan, atau sampai berdampak buruk pada si kecil, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional. Yuk, bantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik agar tumbuh jadi pribadi yang lebih tenang dan bahagia.