Cara Menghadapi Perubahan Emosi pada Anak Saat Pubertas

Jadwal Operasional Klinik

Senin – Minggu
08.00 – 18.00 WIB

Siapa yang tidak bingung saat melihat anak mulai berubah emosinya? Satu menit mereka tertawa ceria, eh tiba-tiba saja mendadak murung atau marah tanpa alasan yang jelas. Tenang, itu bukan berarti ada yang salah. Perubahan emosi ini adalah fase yang wajar terjadi saat anak mulai memasuki masa pubertas.

Pubertas itu bukan hanya soal perubahan fisik, tapi juga emosi. Nah, di sinilah peran penting orang tua untuk memahami perubahan emosi anak dan tahu cara menghadapinya dengan bijak. Tapi, bagaimana cara mendampingi anak di masa-masa ini? Nah, kami akan kupas tuntas dibawah ini.

Menghadapi Perubahan Emosi Anak pada Masa Pubertas

Seiring bertambahnya usia, anak mulai memasuki masa pubertas. Hormon seperti estrogen dan testosteron mulai berperan, dan ini wajar sekali memengaruhi suasana hati anak.

Sebagai orang tua, wajar jika Anda ikut bingung atau bahkan kewalahan menghadapi perubahan ini. Tapi tenang, memahami apa yang anak alami bisa bantu Anda merespons dengan lebih santai, penuh empati, dan pengertian. Nah, berikut beberapa hal penting yang perlu Anda tahu soal perubahan emosi di masa pubertas.

1. Mood Swing atau Perubahan Suasana Hati

Mood swing atau perubahan suasana hati yang naik-turun drastis jadi salah satu ciri khas di masa pubertas. Lonjakan hormon membuat anak bisa tiba-tiba mengalami perubahan emosi, seperti sedih, marah, atau justru bahagia tanpa alasan yang jelas

  • Dampaknya terkadang anak terlihat ceria, tapi beberapa saat kemudian jadi murung. Perubahan ini bisa membuat bingung, baik bagi anak sendiri maupun orang di sekitarnya
  • Cara menghadapinya tidak perlu buru-buru memberi solusi. Cukup jadi pendengar yang baik. Tunjukkan jika Anda selalu ada, jadi anak merasa aman dan nyaman mengekspresikan perasaannya. Jika anak ingin menyendiri sebentar, beri ia ruang

2. Sensitif dan Mudah Tersinggung

Anak-anak di masa pubertas cenderung jadi lebih sensitif dan mudah tersinggung. Kritik kecil saja bisa terasa seperti serangan besar untuknya, atau merasa sangat terluka dengan perkataan yang bagi orang dewasa terkesan biasa saja.

  • Cara mengatasinya adalah Anda bisa memilih kata-kata yang lebih halus saat bicara. Dukungan emosional dan kalimat yang penuh pengertian membuat anak merasa dipahami, bukan dihakimi.
  • Anda juga perlu melihat dari perspektif anak. Coba pahami bagaimana perasaan anak dan kenapa ia bereaksi begitu. Jika anak merasa dimengerti, ia akan lebih terbuka untuk mendengarkan saran tanpa merasa defensif.

3. Munculnya Perasaan Takut dan Cemas

Tak hanya mood swing dan sensitif, anak-anak juga sering dilanda rasa takut dan cemas saat pubertas. Ia mungkin khawatir soal perubahan fisik, pertemanan, atau tekanan sekolah yang semakin terasa berat.

  • Anda bisa mendukung anak dengan meyakinkannya jika perasaan cemas itu normal dan banyak orang lain juga merasakannya. Tunjukkan jika Anda selalu siap mendukungnya, apapun situasinya.
  • Jelaskan juga jika rasa cemas itu bagian dari proses tumbuh kembang. Ajak anak ngobrol untuk mencari solusi bersama. Dengan begitu, ia tidak merasa sendirian dan tahu ada orang tua yang selalu siap di sampingnya.

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Masa Pubertas

Di masa pubertas, anak membutuhkan dukungan orang tua sebagai pendamping emosional sekaligus tempat curhat yang aman. Peran Anda sangat penting untuk membuat anak merasa nyaman, percaya diri, dan siap menghadapi perubahan.

1. Jadi Sumber Informasi yang Tepat

Anda bisa ceritakan apa yang terjadi di tubuh dan perasaannya tanpa membuat takut. Misalnya, perubahan hormon bisa membuat suasana hati naik-turun, dan itu normal. Atau, ajak anak mengobrol dan beri kesempatan bertanya. Semakin nyaman anak bercerita, semakin mudah bagi Anda untuk membantu.

2. Ajarkan Cara Kelola Emosi

Bantu anak belajar mengelola emosinya supaya nggak meledak-ledak atau malah dipendam. Ajarkan teknik seperti tarik napas dalam atau meditasi ringan supaya bisa tenang saat emosi memuncak. Anda bisa juga mengajak anak olahraga, menggambar, atau ikut kegiatan seru lainnya. Ini cara sehat untuk menyalurkan energi dan emosi.

Nah, masa pubertas memang penuh tantangan, baik untuk anak maupun orang tua. Tapi ingat, ini adalah fase yang wajar dan pasti bisa dilalui bersama dengan komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian. Intinya, jadi pendamping yang sabar dan supportif itu kuncinya. Dengan begitu, anak akan merasa lebih aman, nyaman, dan percaya diri menghadapi perubahan emosi

Ingat, jika Anda perlu dukungan memahami tumbuh kembang anak, Klinik Tumbuh Kembang Anak RHE selalu siap mendampingi dan menyediakan solusi. Dengan tim psikolog profesional yang berpengalaman, kami hadir untuk mendampingi Anda dan si kecil melewati setiap fase perkembangannya. Jadi, yuk, konsultasikan bersama kami untuk solusi terbaik demi masa depan anak yang lebih cerah.

Referensi 

Is Adolescence a Sensitive Period for Sociocultural Processing? by Blakemore, S. J., & Mills, K. L. Annual Review of Psychology.

Why Do Many Psychiatric Disorders Emerge During Adolescence? By Paus, T., Keshavan, M., & Giedd, J. N., Nature Reviews Neuroscience.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *